Kamis, 04 Juli 2013

makalah Filsafat Idealisme


Dosen Pembimbing
Bpk Drs.Muh.Afif

Filsafat Idealisme
Makalah Disusuun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Ilmu Filsafat



Oleh :

 Ahmad Ghozali





BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Filsafat??? Apa itu ??? FILSAFAT dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup untuk menentukan arah dan tujuan ,rasa ingin tahu mengenai sesuatu yang sampai akar-akarnya ,itulah sebagai pertanda bahwa filsafat sudah mulailai ada[1]. Di dunia filsafat yang pertama lahir adalah filsafat idealisme.yang merupakan filsafat tertua. Kita sebagai mahasiswa yang ber- IPTEK tinggi hurus mengetahui tentang ilmu filsafat tersebut, karena ilmu filsafat adalah pandangan hidup setiap orang.siapa yang tidak berfilsafat berarti orang tersebut dalam hidupnya tidak mempunyai suatu tujuan.
 B. TUJUAN
1.      Mengetahui dan memaparkan dengan jelas konsep - konsep filsafat idealisme.
C.     RUMUSAN MASALAH
  1. pengertian Filsafat ideaalisme
  2. Bagaimana pandangan filsuf idealisme tentang filsafat?






BAB II
PEMBAHASAN
A.   FILSAFAT IDEALISME
Idealime adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme. Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas.[2] Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat. Lampu pijar yang sering dikaitkan atau dijadikan simbol dari ide.
Arti falsafi dari kata idealisme  di tentukan lebih banyak oleh arti kata ide  daripada kata idea.W.E. Hocking  ,seorang idealis mengatakan bahwa kata ideaism lebih tepat digunakan daripada idealism.Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidup pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material.
Idelisme Secara Garis Besar di Bagi Menjadi 2 (dua)
1. Idealisme Obyektif
Idealisme obyektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan idealismenya itu bertitik tolak dari ide universil (Absolute Idea- Hegel / LOGOS-nya Plato) ide diluar ide manusia. Menurut idealisme obyektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil.
Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materiil, yang ada secara abadi diluar manusia, sesuatu yang bukan materiil itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Dalam bentuknya yang amat primitif pandangan ini menyatakan bentuknya dalam penyembahan terhadap pohon, batu dsb-nya.
Akan tetapi sebagai suatu system filsafat, pandangan dunia ini pertama-tama kali disistimatiskan oleh Plato (427-347 S.M), menurut Plato dunia luar yang dapat di tangkap oleh panca indera kita bukanlah dunia yang riil, melainkan bayangan dari dunia “idea” yang abadi dan riil. Pandangan dunia Plato ini mewakili kepentingan klas yang berkuasa pada waktu itu di Eropa yaitu klas pemilik budak. Dan ini jelas nampak dalam ajarannya tentang masyarakat “ideal”.
Pada jaman feodal, filsafat idealisme obyektif ini mengambil bentuk yang dikenal dengan nama Skolastisisme, system filsafat ini memadukan unsur idealisme Aristoteles (384-322 S.M), yaitu bahwa dunia kita merupakan suatu tingkatan hirarki dari seluruh system hirarki dunia semesta, begitupun yang hirarki yang berada dalam masyarakat feodal merupakan kelanjutan dari dunia ke-Tuhanan. Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini maupun dalam alam semesta merupakan “penjelmaan” dari titah Tuhan atau perwujudan dari ide Tuhan. Filsafat ini membela para bangsawan atau kaum feodal yang pada waktu itu merupakan tuan tanah besar di Eropa dan kekuasaan gereja sebagai “wakil” Tuhan didunia ini. Tokoh-tokoh yang terkenal dari aliran filsafat ini adalah: Johannes Eriugena (833 M), Thomas Aquinas (1225-1274 M), Duns Scotus (1270-1308 M), dsb.
Kemudian pada jaman modern sekitar abad ke-18 muncullah sebuah system filsafat idealisme obyektif yang baru, yaitu system yang dikemukakan oleh George.W.F Hegel (1770-1831 M). Menurut Hegel hakekat dari dunia ini adalah “ide absolut”, yang berada secara absolut dan “obyektif” didalam segala sesuatu, dan tak terbatas pada ruang dan waktu. “Ide absolut” ini, dalam prosesnya menampakkan dirinya dalam wujud gejala alam, gejala masyarakat, dan gejala fikiran. Filsafat Hegel ini mewakili klas borjuis Jerman yang pada waktu itu baru tumbuh dan masih lemah, kepentingan klasnya menghendaki suatu perubahan social, menghendaki dihapusnya hak-hak istimewa kaum bangsawan Junker. Hal ini tercermin dalam pandangan dialektisnya yang beranggapan bahwa sesuatu itu senantiasa berkembang dan berubah tidak ada yang abadi atau mutlak, termasuk juga kekuasaan kaum feodal. Akan tetapi karena kedudukan dan kekuatannya masih lemah itu membuat mereka tidak berani terang-terangan melawan filsafat Skolatisisme dan ajaran agama yang berkuasa ketika itu.
Pikiran filsafat idealisme obyektif ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai macam bentuk. Perwujudan paling umum antara lain adalah formalisme dan doktriner-isme. Kaum doktriner dan formalis secara membuta mempercayai dalil-dalil atau teori sebagai kekuatan yang maha kuasa , sebagai obat manjur buat segala macam penyakit, sehingga dalam melakukan tugas-tugas atau menyelesaikan persoalan-persoalan praktis mereka tidak bisa berfikir atau bertindak secara hidup berdasarkan situasi dan syarat yang kongkrit,merekaadalahkaum“textbook-thingking”.

2. Idealisme Subyektif
Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang uskup inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M), menurut Berkeley segala, sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah bukanlah materiil yang riil dan ada secara obyektif. Sesuatu yang materiil misalkan jeruk, dianggapnya hanya sebagai sensasi-sensasi atau kumpulan perasaan/konsepsi tertentu (“bundles of conception” David Hume (1711-1776 M), -ed), yaitu perasaan / konsepsi dari rasa jeruk, berat, bau, bentuk dsb. Dengan demikian Berkeley dan Hume menyangkal adanya materi yang ada secara obyektif, dan hanya mengakui adanya materi atau dunia yang riil didalam fikirannya atau idenya sendiri saja.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari filsafat ini adalah, kecenderungan untuk bersifat egoistis “Aku-isme” yang hanya mengakui yang riil adalah dirinya sendiri yang ada hanya “Aku”, segala sesuatu yang ada diluar selain “Aku” itu hanya sensasi atau konsepsi-konsepsi dari “Aku”. Untuk berkelit dari tuduhan egoistis dan mengedepankan “Aku-isme/solipisme” Berkeley menyatakan hanya Tuhan yang berada tanpa tergantung pada sensasi.
Filsafat Berkeley dan Hume ini adalah filsafat Borjuasi besar Inggris pada abad ke-18, yang merupakan kekuatan reaksioner menentang materialisme klasik Perancis, sebagai manifestasi dari kekuatiran atas revolusi di Inggris pada waktu itu.

Pada abad ke-19, Idealisme subyektif mengambil bentuknya yang baru yang terkenal dengan nama “Positivisme”, yang di kemukakan pertama kali oleh Aguste Comte (1798-1857 M), menurutnya hanya “pengalaman”-lah yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya , selain dari pada itu tidak ada lagi kenyataan, dunia adalah hasil ciptaan dari pengalaman, dan ilmu hanya bertugas untuk menguraikan pengalaman itu. Dan masih banyak lagi pemikir-pemikir yang lainnya dalam filsafat ini, misalnya saja William Jones (1842-1910 M) dan John Dewey (1859-1952), keduanya berasal dari Amerika Serikat dan pencetus ide “pragmatisme”, menurut mereka Pragmatisme adalah suatu filsafat yang menggunakan akibat-akibat praktis dari ide-ide atau keyakinan-keyakinan sebagai suatu ukuran untuk menetapkan nilai dan kebenarannya. Filsafat seperti ini sangat menekankan pada pandangan individualistic, yang mengedepankan sesuatu yang mempunyai keuntungan atau “cash-value”(nilai kontan)-lah yang dapat diterima oleh akal si “Aku” tsb. Pragmatisme berkembang di Amerika dan adalah filsafat yang mewakili kaum borjuasi besar di negeri yang katanya “the biggest of all”. Sebab dari pandangan filsafat seperti ini Imperialisme, tindakan eksploitasi dan penindasan dapat dibenarkan selama dapat mendapatkan keuntungan untuk si “Aku”.
Pandangan-pandangan idealisme subyektif dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tidak jarang kita temui perkataan-perkataan seperti ini :
“Baik buruknya keadaan
 masyarakat sekarang tergantung pada orang yang menerimanya, ialah baik bagi mereka yang menganggapnya baik dan buruk bagi mereka yang menganggapnya buruk.”

“kekacauan sekarang timbul karena orang yang duduk dipemerintahan tidak jujur, kalau mereka diganti dengan orang-orang yang jujur maka keadaan akan menjadi baik.”
“aku bisa, kau harus bisa juga,” dsb.

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN



Unsur-Unsur Pendidikan antara Agama dan Realitas
Makalah Disusuun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Filsafat Pendidkan Islam
Dosen Pembimbing: Anisa Listiana, M.Ag.


Disusun oleh :
Kelompok



Anda Tahriza (111 784)
Ahmad Ghozali (111 316)
Naila Hulala (111 421)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
FAKULTAS PNDIDIKAN/PAI KELAS I
2013




BAB I
PENDAHULUAN 
     A.    Latar Belakang Masalah

                Jika muncul sebuah pertanyaan , apa itu pendidikan ? Maka akan muncul berbagai macam jawaban yang pastinya berbeda , tetapi semua jawaban pada dasarnya mempunyai sebuah inti yang sama, namun dengan model bahasa (estetika) yang berbeda. Kebergamaan jawaban itulah yang menjadikan sebuah rumusan masalah itu ada, namun dalam hal ini yang perlu diperdalam adalah mengenai “Unsur-Unsur Pendidikan “ dan yang lebih penting yaitu mengaitkan unsur-unsur pendidikan tersebut dengan agama dan realitas yang terjadi di zaman sekarang, perlu disadari dan tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini pendidikan menjadi salah satu pembicara yang tidak ada hentinya apalagi dihubungkan dengan agama dan realitas dimasyarakat saat ini.

   B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diambil sebuah kesimpulan untuk dijadikan sebagai rumusan masalah. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
   1.      Apa Pengertian Pendidikan itu ?
   2.      Apa saja unsur-unsur pendidikan itu ?
   3.      Bagaimana unsur-unsur pendidikan itu  antara agama dan realitas ?



BAB II
PEMBAHASAN

  1.      Pengertian Pendidikan

          Setiap kata mempunyai banyak makna, begitu pula dengan pendidikan pendidikan mempunyai banyak makna dan tentu saja tidak Hanya satu tokoh saja yang mendefinisikann arti dari pendidikan itu, ada banyak tokoh yang berperan dalam mengeluarkan ide-idenya tentang arti sebuah pendidikan.

           Secara etimologi , pendidikan berasal dari bahasa Yunani , yaitu terdiri dari kata “pais” , yang artinya anak, dan “agan” yang artinya membimbing, jadi pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan pada anak. Sedangkan secara terminologi , pendidikan diartikan oleh para tokoh pendidikan diantaranya :
   a.)    John Dewey
             Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
   b.)    SA. Branata dik.
       Pendidikan adalah usaha sengaja diadakan baik langsung maupun tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
   c.)    GBHN[1]
             Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluaar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

                  Dari beberapa pendapa para tokoh pendidikan diatas , dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah usaha sadar yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuannya kepada orang lain dan dapat dipertanggung jawabkan. dalam pengertian yang maha luas,  pendidikan berlangsung tidak dalam batas usia tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hidup, sejak lahir hingga mati. Dengan demikian , tidak ada batas waktu berlangsungnya pendidikan. Pendidikan berlangsung pada usia balita , usia anak , usia remaja , dan usia dewasa , atau seumur hidup setiap manusia[2].
2.      Unsur-Unsur Pendidikan 

Di dalam proses pendidikan mengandung beberapa unsur yang tidak dapat dipisahkan , yaitu :
      a.   Peserta didik
               Siapakah peserta didik itu ? , peserta didik sebagai individu atau pribadi , individu ini diartikan “seseorang yang tidak bergantung pada orang lain” artinya seorang tersebut benar-benar menemukan dirinya sendiri tanpa ada paksaan dari luar.
     b.   Pendidik
               Secara kodrati pendidik adalah orang tua peserta didik asing-masing . namun ada juga pendidik lain yaitu orang yang diserahi tugas dan tanggung jawab. Oleh orang tua peserta didik misalnya dilembaga pendidikan. Pendidikan semacam ini merupakan tugas sementara, karena orang tua tidak dapat melayani melalui , pendidikan formal /non formal.[3]
    c.   Alat Mencapai Tujuan
               Alat ini yang dipakai dalam satu proses pendidikan untuk mencapai tujuan berdasarkan pola falsafah bangsa Indonesia sehingga perkembangan individu nanti akan memberikan corak perikehidupan bagi bangsa Indonesia. Alat pendidikan ini meliputi sarana prasarana , lingkungan  & situasi pendidikan.[4]
d.      Tujuan Pendidikan
              Tujuan Pendidikan dasar ialah memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada anak untuk bekal hidupnya setelah ia tamat dan juga merupakan dasar persiapan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.[5]

e.       Komunikasi
            Komunikasi dalam hal ini , diartikan adanya interaksi hubungan timbal balik dari peserta didik dengan pendidik atau dari orang yang belum dewasa kepada orang yang sudah dewasa dan sebaliknya.[6]
f.       Metode Pendidikan
          Metode pendidikan di sini yaitu sebuah cara yang digunakan dalam proses pendidikan seperti mendidik melalui dialog,cerita berdebat dengan cara yang terbaik, membuat perumpamaan dengan benda-benda tar indra, atau melalui pemberian teladan.[7]
g.      Lingkungan
       Lingkungan dalam pendidikan juga sangat penting , mendukung untuk mencapai tujuan pendidikan lingkungan ini  yaitu keluarga, sekolah , dan masyarakat atau disebut sebagai Tri Pusat Lingkungan Pendidikan (Tri Konsentrasi/Trion)[8]

3.      Unsur-Unsur Pendidikan antara Agama dan Realitas
               Sebelumnya telah dijelaskan diatas tentang unsur-unsur pendidikan yang terdiri dari 7 unsur yang saling berhubungan. Unsur-unsur pendidikan dalam agama jugasama seperti diatas yaitu ada peserta didik , pendidik , alat pendidikan, tujuan pendidikan, komunikasi, metode pendidikan dan lingkungan. Jika dihubungkan antara pendidikan agama dan agama islam dengan realitas saat ini, diindonesia saat ini khususnya masih menghadapi berbagai masalah dalam berbagai aspek. Upaya perbaikan belum dilakukan semaksimal mungkin, sehingga terkesan seadanya saja. Sedangkan pembangunan aspek moral hanya dalam porsi yang kecil saja menjadi tanggung jawab pendidikan islam. Pendidikan islam menanggung suatu beban yang lebih berat dibandingkan dengan pendidikan lain pada umumnya. Pendidikan islam harus melahirkan dari rahimnya manusia yang beriman dan berpengetahuan luas dengan senantiasa memodifikasi diri agar sesuai dan Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi saat ini. Namun pada dasarnya pendidikan islam masih dibutuhkan kehadirannya karena berbagai alasan, Pertama,  lembaga pendidikan dibawah naungan departemen pendidikan dam kebudayaan, tidak mampu menampung seluruh anak didik yang membutuhkan pendidikan, Kedua, Lembaga pendidikan yang mayoritas berada dipedesaan yang menawarkan biaya pendidikan yang relatif lebih murah,Ketiga, Orang tua masih memberikan pelajaran magma bagi anaknya,
Keempat, tidak adanya lembaga pendidikan di daerah-daerah tertentu yang terjangkau oleh masyarakat 

              Dari berbagi alasan diatas tidak berlaku secara permanen dalam mendukung eksistensi lembaga pendidikan lembaga pendidikan islam, Selama ini upaya pembaharuan pendidikan islam di Indonesia secara mendasar selalu terhambat oleh berbagai persoalan , mulai dana sampai tenaga ahli (pendidik).  Padahal pendidikan islam dewasa ini , dari segi apa saja terlihat goyah terutama karena orientasi yang semakin tidak jelas.anak didiknya akhirnya menjadi laut paut lembaga ini, sebagian besar tidak dipersiapkan untuk memasuki lapang kerja tertentu dengan medan yang sudah jelas, baik duniawi dan ukhrawinya , sehingga mengambang begitu saja.[9]



BAB III
KESIMPULAN
         Pengertian Pendidikan : Secara etimologi , pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “pais” , yang artinya anak, dan “agan” yang artinya membimbing, jadi pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan pada anak. Sedangkan secara terminologi , pendidikan diartikan oleh para tokoh pendidikan diantaranya: John Dewey, SA. Branata dik, GBHN. Dan Dari beberapa pendapa para tokoh pendidikan diatas , dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah usaha sadar yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuannya kepada orang lain dan dapat dipertanggung jawabkan. dalam pengertian yang maha luas,  pendidikan berlangsung tidak dalam batas usia tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hidup, sejak lahir hingga mati. Unsur-Unsur Pendidikan
Di dalam proses pendidikan mengandung beberapa unsur yang tidak dapat dipisahkan , yaitu :
Peserta didik -Pendidik, -Alat Mencapai Tujuan -Tujuan Pendidikan –Komunikasi -Metode Pendidikan -Lingkungan
Adapun faktanya ke 7 unsur tersebut belum mendukung eksistensi lembaga pendidikan islam, Selama ini upaya pembaharuan pendidikan islam di Indonesia secara mendasar selalu terhambat oleh berbagai persoalan , mulai dana sampai tenaga ahli (pendidik).

PENUTUP
Demikian makalah kami , mungkin bila terdapat salah kami kelompok 7  mohan maaf, karena kami bukanlah makhluk yang sempurna, 




DAFTAR PUSTAKA

-          A.Syafi’i dik (1991).Pendidikan di Indonesia antara Cita dan Fakta. Yogyakarta :Pt.Tiara Wacana Jogya.
-          An-Nahlawi,Abdurrrahman (1989).Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung:  CV. Diponegoro.
-          Ihsan,H.Fyad (1997). Dasar-Dasar Ke Pendidikan .Jakarta :  Rineka Cipta.
-          Mudyahar Radja (2001). filsafat ilmu pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
-          Ahmadi, H.Abu., Nur Uhbiyati (1991). Ilmu pendidikan. Jakarta :PT. Rineka Cipta




[1] Drs.H.Abu Ahmadi & Dra, Nur Uhbiyati. “Ilmu pendidikan.” PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1991. Hal. 69-70
[2] Radja Mudyahar.”filsafat ilmu pendidikan Suatu Pengantar”. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung .2001. hal.46
[3] Drs.H.Abu Ahmadi & Dra, Nur Uhbiyati. “Ilmu pendidikan.” PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1991. Hal.39
[4] Ibid.Hal. 47
[5] Ibid.Hal.106
[6] Ibid. Hal 93
[7] Abdurrrahman na-Nahlawi.Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. CV. Diponegoro. Bandung 1989. Hal. 189
[8] Drs. H.Fyad Ihsan .Dasar-Dasar Ke Pendidikan . Rineka Cipta. Jakarta. 1997. Hal.92
[9] A.Syafi’i dik.Pendidikan di Indonesia antara Cita dan Fakta.Pt.Tiara Wacana Jogya.Yogyakarta.1991. Hal.10-13